Rabu, 10 Agustus 2016

Para Bapak Bangsa ! (Renungan Kebangsaan)

Bangsa ini dibangun tanpa ada dendam !!

Begitu kata Buya Hamka setelah pemenjaraan dirinya oleh Bung Karno. “Saya tidak pernah mendendam pada orang yang telah menyakiti saya. Dendam itu dosa dan selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah hingga saya dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al-Qur’an 30 Juz (Al-Azhar). Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan itu,” katanya.

Alkisah, meskipun secara politik kedua tokoh tersebut berseberangan, Soekarno tetap menghormati keulama’an Buya Hamka. Menjelang wafatnya (Soekarno), ia berpesan mengharapkan kesediaan Buya Hamka agar jenazahnya dishalatkan olehnya ketika wafat.

Meskipun banyak yang kontra, tak sependapat dengan hal tersebut, namun Buya Hamka dengan tulus ikhlas memenuhi wasiat Bung Karno tersebut dengan memimpin shalat jenazah terhadap presiden pertama Indonesia tersebut, seseorang yang pernah “menjebloskannya” ke penjara.

Bangsa ini dibangun oleh para negarawan yang tegas tapi santun !!

Karena kritiknya yang tegas dan tajam terhadap orde baru, Mohammad Natsir bersama dengan kelompok petisi 50 dicekal. Natsir dilarang melakukan kunjungan-kunjungan luar negeri seperti mengikuti Konferensi Rabithah Alam Islamy. Bahkan Natsir tidak mendapatkan izin untuk ke Malaysia dalam rangka penyematan gelar doctor kehormatan dari Universiti Kebangsaan Malaysia dan Universiti Sains Pulau Pinang.

Dibalik kritik yang dilancarkannya, ia tetap bersikap santun. Misalnya dalam beberapa kali perayaan Idul Fitri, ia selalu saja menghadiri silaturahmi di kediaman Soeharto di Cendana, meskipun keberadaannya acapkali tidak mendapatkan sambutan hangat, tidak diindahkan oleh Soeharto kala itu.
Bahkan bukan hanya bersikap santun, ia secara sadar juga turut membantu pemerintahan orde baru untuk kepentingan dan urusan-urusan pemerintahan sendiri semisal ketika ia membantuk mengontak pemerintah Kuwait dalam upaya penanaman modal di Indonesia dan meyakinkan pemerintah Jepang terkait kesungguhan orde baru dalam membangun perekonomian.

Bangsa ini besar karena kesederhanaan pemimpinnya !!

Bung Hatta pernah bermimpi untuk membeli sepatu bally. Dia menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya. Ia kemudian menabung dan mengumpulkan uangnya sedikit demi sedikit dengan tujuan untuk dapat membeli sepatu bally, sepatu idamannya tersebut. Namun realitanya uang yang ia tabung tidak pernah mencukupi untuk membeli sepatu bally, uang tabungannya selalu ia gunakan untuk keperluan dan urusan-urusan lain, terutama urusan rumah tangga dan urusan sosial (masyarakat yang kerap meminta bantuan padanya).

Alhasil keinginannya untuk membeli sepasang sepatu bally tak pernah tersampaikan hingga di akhir hayatnya. Bahkan yang lebih mengharukan adalah bahwa guntingan iklan produk tersebut (sepatu bally) masih tersimpan dengan baik hingga beliau wafat.

Bangsa ini kokoh karena pemimpinnya fairness !!

Ketika hubungan Soekarno-Hatta merenggang, beberapa orang yang pro-Soekarno tidak mencantumkan nama Muhammad Hatta pada teks proklamasi. Kemudian Soekarno punmarah dan menegur mereka bahwa siapapun boleh membenci seseorang (Hatta), tapi dengan melakukan tindakan tersebut (menghilangkan nama Hatta pada teks proklamasi) adalah suatu tindakan pengecut.

Maka hari ini kita menentukan apakah angsa ini akan menjadi pemenang ataukah hanya akan menjadi pengecut. Menjadi besar atau menjadi “kerdil”. Pemaaf ataukan pendendam, menjadi penuh empati atau suka menghakimi, menjadi pembawa kedamaian ataukah penebar fitnah.
Kemudian yang akan menentukan masa depan bangsa ini bukan hanya siapa yang terpilih, tapi juga bagaimana sikap pendukung dan simpatisannya. Bukan hanya siapa yang menang, tapi lebih dari itu juga adalah bagaimana bersikap sebagai yang kalah.

Semoga Allah senantiasa menolong dan menyelamatkan bangsa yang besar ini !! Amiiin…

Penulis :
Novan Mahendra Pratama
Ketua Umum IMM Komisariat "al-Ahkam" Fakultas Hukum UTM

1 komentar:

  1. TINI | TINI - Titanium Grinder, Stainless Steel
    TINI is a ceramic vs titanium curling iron graphite ti89 titanium calculator steel wad. Made in TINI, China. TINI is a nipple piercing jewelry titanium graphite steel wad. Made in TINI, China. black titanium TINI titanium watches is a graphite steel wad.

    BalasHapus