Rabu, 10 Agustus 2016

Kader yang Memilih Terasing

Tiga tahun sudah saat ini “usia” penulis dalam IMM, selama tiga tahun tersebut telah memberi pelajaran yang teramat berharga, pelajaran yang bukan hanya fokus pada nilai secara nominal tetapi secara kamanusiaan. Beragam pengetahuan yang penulis dapat dari teman–teman di IMM, banyak budaya yang kemudian tergabung menjadi satu dalam ikatan di IMM Bangkalan ini, meskipun kami minoritas tapi kami kaya akan keberagaman. “Minoritas”, kata itulah yang sering terdengar ditelinga kader dan menjadi bahan perbincangan hangat setiap kali diskusi. Mungkin kata itu memang tepat untuk menggambarkan keadaan IMM di Bangkalan, dibandingkan dengan organisasi lain (di Bangkalan), IMM “kalah” jauh, tertinggal sangat dan teramat jauh. 


Kata minoritas inilah yang sering kami renungkan. Derasnya arus globalisasi dan “budaya” serta “tradisionalitas” masyarakat madura yang mengakar kuat, menjadikan IMM sulit diterima dikalangan mahasiswa dan masyarakat. Hal demikian juga dirasakan oleh Muhammadiyah yang “agak” sulit berkembang di Bangkalan. 
Dari semua itu IMM Bangkalan tetap berinovasi dan memberikan stimulusnya kepada kader untuk tetap semangat, terbukti sampai saat ini proses perkaderan di IMM Bangkalan tetap berlanjut tiap tahunnya dan telah memliki empat komisariat (lima komisariat berdasarkan SK, namun satu komisariat masih vakum) didalamnya, meskipun masih dalam lingkup satu kampus dam jumlahnya pun bisa dibilang “sedikit”, hanya berkisar sekitar lima belas orang per penyelenggaraan pengkaderan (yang mengikuti Darul Arqam Dasar). 

Dibandingkan dengan IMM di kota (cabang) lain, hal ini sangat mencolok sebagai sebuah perbedaan. Namun, perbedaan itu tidak membuat nyali kami menciut, tapi memompa semangat kami untuk terus bergerak dan maju. Proses perkaderan pun juga sedikit lebih ringan karena jumlah yang tidak terlalu banyak sehingga dapat lebih terfokus dalam pembinaan kader, mempersiapkan kader yang “unggul”.

Dari jumlah yang tidak banyak itu, kader-kader IMM Bangkalan memiliki nilai unique sendiri, IMM Bangkalan memiliki kader-kader yang potensial dan berprestasi dibidangnya masing–masing. Salah satunya adalah bahwa sebagian kader-kader yang mengikuti DAD adalah bukan berstatus sebagai mahasiswa baru (maba) sebagaimana IMM di kampus-kampus PTM yang kader-kadernya telah berproses di ikatan semenjak awal menginjak bangku perkuliahan, justru mahasiswa lamalah yang banyak mengikuti pengkaderan (DAD). Seakan–akan mereka datang le IMM dengan hati yang ikhlas dan siap (mengabdi). Kenapa dimikian ? Karena IMM mampu menempatkan diri sebagai tokoh protagonis dalam “polemik” politik internal kampus, sehingga mereka yang datang di usia yang tidak muda lagi dalam usia perkuliahan, mereka datang dengan pertimbangan yang lebih matang dibanding mahasiswa baru yang tidak tau–menau dunia kemahasiswaan, kemudian bergabung begitu saja . 

Bisa dikatakan kader yang terdapat di Bangkalan adalah “kader pilihan”, tapi uniknya merekalah yang memilih IMM, karena IMM tidak pernah memilih, IMM siap mengkader siapapun yang siap berjuang melalui ikatan ini (IMM). 

Melihat kondisi IMM yang terasing ini mengingatkan kita pada perjuangan KH. Ahmad Dahlan ketik merintis Muhammadiyah. Banyak yang menentang, banyak yang tidak suka, bahkan sampai “antipati” terhadap KH. Ahmad Dahlan, tetapi dengan kesabaran dan kegigihan beliau dan semata mata ikhlas berjuang dijalan Allah SWT, hal tersebut bukanlah menjadi masalah yang menghambat dakwah beliau. Sampai saat ini, Muhammadiyah mampu melebarkan sayapnya di berbagai negara (dengan PCIM yang tersebar di 18 negara di dunia dan terus bertambah). Hal inilah yang seharusnya menjadi motivasi bagi kader-kader IMM Bangkalan untuk terus bersemangat dalam membumikan dakwah dan gerakan IMM di Bangkalan. 

Penulis yakin dengan kader-kader di Banglalan saat ini mampu membawa perubahan yang lebih baik untuk IMM, karena mereka telah memilih diri untuk “terasing”, maka mereka telah siap untuk terasingkan. Mereka datang dengan kepercayaan penuh dan hati ikhlas berjuang bersama IMM, ber-fastabiqul khoirot dan siap berjuang dijalan Allah.

“Islam muncul dalam keadaan yang asing, dan akan kembali asing seperti saat  kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing”
(HR. Muslim)

Jangan merasa malu karna kita minoritas, tapi malulah jika kita “salah”. Jika kita percaya bahwa jalan yang kita tempuh adalah benar meskipun terasingkan, maka kita telah dijanjikan sebagai orang-orang yang beruntung.

Hidup merupakan suatu pilihan dan kita telah memilih IMM, maka kita harus konsisten terhadap pilihan kita dan mampu mempertanggungjawabkan pilihan kita. Kader–kader ikatan harus konsisten dalam perjuangan ber-IMM-nya, kader-kader ikatan harus konsisten dalam meningkatkan dan mengembangkan kapasitas dirinya, baik kapasitas intelektual, kapasitasnya dalam menjadi solusi berbagai problematika kebangsaan, sosial–ekonomi dan kemasyarakat (humanis), maupun dalam kualitas religiusnya, maka nilai-nilai luhur dalam trilogi IMM adalah menjadi “harga mati” untuk mampu diejawantahkan dan teinternalisasi dalam diri tiap-tiap kader.

Penulis :
Eko Prasetyo
Ketua Umum PC IMM Bangkalan 2015-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar