Senin, 16 Januari 2017

Ada Apa Negeriku ??

oleh : Ubay Nizar Al-Banna
Ketua Bidang Media dan Komunikasi DPD IMM Jawa Timur 2016-2018


Entah kerisauan apa yang ada dibenak saya hingga terpikir untuk menuangkannya dalam tulisan. Keprihatinan akan kondisi kebangsaan yang kian hari semakin tak menentu arahnya. Masyarakat menengah kebawah kian menderita, aset-aset berharga dan potensial negara yang dikuasai asing dan aseng, kebijakan dan program pemerintah hanya 'bualan' demi melanggengkan kepentingan beberapa golongan dan elit politik.


Berbagai data menunjukkan kurang berpihaknya pemerintah pada rakyat, dalam pembangunan misalnya, baik infrastruktur maupun suprastruktur dirasa masih kurang dan belum merata, sebagian besar pembangunan hanya terfokus di Pulau Jawa. Banyak proyek-proyek pemerintah yang kemudian lebih menguntungkan asing dan aseng, praktek korporatisasi perusahaan-perusahaan serta aset-aset negara oleh asing dan aseng nampak jelas.

Dari sektor lain, pendidikan misalnya, praktek-praktek komersialisasi dan liberalisasi aset-aset pendidikan pun banyak dan kerapkali terjadi. Harapan adanya pendidikan yang layak dengan mutu tinggi dan merata di seluruh pelosok negeri seolah hanya bagaikan punuk yang merindukan sang bulan, bagaikan seekor ikan yang berangan-angan untuk bisa hidup di daratan, seolah mustahil, "mission impossible".

Belakangan pun terjadi kenaikan harga di berbagai sektor (per 6 Januari), tercatat terjadi kenaikan berbagai jenis BBM, kenaikan TDL, termasuk kenaikan bea pajak dan perpanjangan STNK, selanjutnya pun bukan tidak mungkin akan disusul dengan kenaikan  harga sembako sebagai imbasnya.

Entah apa yang dipikirkan para pemimpin dan penguasa negeri ini. Tanpa banyak publikasi seperti biasa, seolah tiba-tiba terjadi kenaikan harga di berbagai sektor tersebut. Masyarakat pun dibuat bertanya-bertanya, apa yang tengah terjadi di negeri ini, kondisi fluktuatif di berbagai sektor, mulai ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya tidak mampu "diredam" dengan sigap oleh para pimpinan negeri ini, mereka seolah "sok sibuk" mengurus negeri ini tanpa ada hasilnya, secara taktis sangat minim hasilnya, bisa dihitung jari, apalagi secara strategis jangka panjangnya, lebih dipertanyakan lagi bagaimana orientasi dan target pemerintah kedepan.

Pasca dipublikasikan (setelah terjadi kenaikan) gelombang unjuk rasa mulai terjadi dimana-mana, baik oleh para pemuda (pelajar dan mahasiswa) maupun masyarakat dan buruh (pekerja). Gelombang masa mengusung misi reformasi jilid dua menjadi satu agenda mahasiswa yang tergabung dalam Forum BEM Seluruh Indonesia maupun Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) yang ikut andil dalam mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah (sebagai dinamisator dan stabilisator).

Entah apakah itu semua hanya reaksioner ataukah telah melalui berbagai pengkajian mendalam tentang berbagai perkembangan pemerintah dan negeri ini dalam sekitar dua tahun terakhir maupun hal-hal substansial dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan serta kemajuan negeri ini. Namun, satu yang pasti, masyarakat (termasuk kita, saya) tidak bisa menunggu terlalu lama dan berdiam diri, harus ada pergerakan dalam mengawal kebijakan-kebijakan pemerintah, jangankan yang tidak pro rakyat, yang pro rakyat pun kita juga seharusnya perlu terus mengawalnya.

Agenda 121 (12 Januari 2017) yang diusung dan diakomodir oleh BEM SI menunjukkan kerisauan teramat dalam akan kondisi negeri ini. Bukan karena tidak suka dengan Jokowi-JK, tapi lebih pada "saking" cintanya pada Indonesia hingga tak rela bila negeri ini menjadi serbuan asing dan aseng, tak rela bila masyarakat harus terus bermimpi dan hidup dalam angan-angan akan cita-cita keadilan sosial bagi seluruh ralyat Indonesia (sila kelima).

Beberapa elemen masyarakat dan mahasiswa kini tengah melakukan konsolidasi, pengkajian isu, dan berbagai hal untuk mengkritisi berbagai kebijakan tersebut. Secara substansial, sejatinya seluruh elemen sangat mendukung Jokowi-JK, namun pada realitanya berbagai praktek yang dilakukan pemerintah telah mengakibatkan dekadensi kepercayaan masyarakat pada Jokowi-JK.

Jika aksi-aksi, gerakan-gerakan yang dilakukan sudah benar-benar matang, maka itu akan menjadi sangat baik, akan membawa Indonesia pada reformasi yang sesungguhnya, bahkan mungkin restorasi (jika itu dipandang perlu dan lebih baik). Yang kemudian menjadi problematika adalah bilamana movement para aktivis mahasiswa dan masyarakat hanya sebatas tindakan reaksioner, maka bukan tidak mungkin Indonesia hanya akan semakin terjebak dalam belenggu ketidak pastian, terus menerus labil, hanya gonta-ganti pemimpin, namun tidak mengubah apapun di negeri ini.

Tindakan yang reaksioner patut diwaspadai pada impact yang akan ditimbulkannya. Bersikap reaktif terhadap suatu perkara tidaklah baik, maka dalam setiap perkara, kita harus benar-benar mengkajinya dengan matang, harus benar-benar tau duduk perkaranya, dan harusnya mampu memberi solusi konkret, bukan sebatas wacana.

Akhir kata, saya sangat berharap gerakan "masal" elemen masyarakat dan mahasiswa esok mampu membawa perubahan bagi Indonesia yang lebih baik, bukan sekedar reaktif yang akhirnya hanya akan mengulang memori-memori kelam negeri ini yang tercatat mulai lengsernya orde lama hingga tumbangnya orde baru dan bergulirnya reformasi, tidak banyak terjadi perubahan, sila kelima masih menjadi bintang di langit nan jauh di angkasa, sementara kita masih masih berada di bumi dan tidak tau mau menyentuh bintang itu dengan cara apa.

Sedikit berkisah, saat ini pun kami (saya dan kawan-kawan sejawat dan seperjuangan) tengah menggodok pembahasan gerakan-gerakan tersebut melalui berbagai sarana dan media-media serta forum-forum koordinasi dan komunikasi yang ada, supaya gerakan yang kita lakukan nantinya bukan hanya sebatas aksi-reaksi, tapi lebih substansial tentang duduk problematika negeri ini dalam langkah-langkah solutif yang bisa ditawarkan untuk Indonesia kedepan lebih baik. Tentunya juga perlunya kesadaran kita sebagai warga negara dan sebagai elemen mahasiswa (yang katanya kaum intelektual dan penerus tongkat estafet perjuangan pemimpin bangsa) untuk terus mampu mengingatkan (menyadarkan) mereka yang tersesat dan menjadi problem solver atas permasalahan yang ada dengan bekal religiusitas, intelektualitas, dan humanitas yang dimiliki.

Semoga bangsa dan negara ini semakin membaik dari masa ke masa dan selalu dilidungi Allah SWT dari segala marabahaya, malapetaka, dan bencana serta berbagai hal negatif lainnya. Semoga negeri ini akan segera menjadi negeri yang Baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur. Aamiiin !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar